Sajak Tersesat : Rasa dan Semesta

 

Sajak Tersesat : Rasa dan Semesta

Sore itu tampak ada sebuah perbedaan

Langit yang biasanya dihiasi oleh puluhan layang layang

Kini tampak sepi

Polos tak ada benang yang membentang

 

Di jalan yang sama pula aku selalu melewatinya

Aku perlahankan motorku

Sambil berteriak kencang

“Tuhan, aku menyayangi sahabatku”

Tampak tak ada yang salah dengan ucapanku

Pintaku masih terdengar wajar bukan

 

Tapi...seketika semesta menunjukkan andilnya

Ia mengarahkan ku pada satu pandangan

Bahwa layang layang saja jika tidak terikat, ia pun akan terbang jauh jua

Lalu, bagaimana dengan pintaku

Apakah masih ada kesempatan untuk saling mengikat ?

 

Memandangmu,..

Walaupun hanya berjarak segenggam tangan namun

Aku merasa kalau kita memang sekarang ditakdirkan untuk berjarak

Setiap ulah konyolmu itu

Selalu membuat semua terasa lumer

Tapi selang sekejap saja

Kau mematahkan semuanya hanya dengan sepatah kata yang keuar dari mulutmu

 

Apa aku salah jikalau aku ingin mundur dari semua perjuangan ini ?

Apa aku salah jika aku lebih memilih memaksa hatiku untuk tidak menyanyangimu lagi ?

Apa aku salah jika aku lebih memilih mengistirahatkan ragaku untuk tidak mendekat lagi ?

Aku sadar aku siapa

Hanya satu sekarang tanyaku

Kenapa aku harus menyanyangi sahabatku sendiri ?

 

Tuhan tolong

Rasaku yang ku jaga selama ini

Kini telah berubah menjadi sayang

 

Sajak Tersesat Tulisanku adalah sebuah rasa yang tak bisa diungkapkan dengan ucapan

0 Response to "Sajak Tersesat : Rasa dan Semesta "

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel