Sajak Tersesat : Sajak Tersesat (Mengikhlaskan)


Sajak Tersesat : Sajak tersesat (mengikhlaskan)

Bisik mu yang kini menjadi usik
Canda mu yang kini menjadi ambigu
Lara mu yang kini menjadi nyata
Dan temu mu yang kini menjadi basi
Tak pernah kah kau sadar akan peliknya rasa

Beberapa raga sanggup menelan kesedihannya
Di waktu yang bersamaan sedih bisa terasa begitu antusias dan membunuh
Serta tembok -  tembok kamar serasa lelah akan kokohnya
Dan ikut berbincang pada malam hari, yang nyatanya tidak selamanya diam

Dilema yang banyak meninggalkan kesan rindu
 Mengadu rindu setiap harinya ternyata bukan perkara mudah
Sendiri terkepung angan yang tak tahu rimbanya
Rentan,..aku selalu berusaha menghindari segala hal yang berbau denganmu

Aku ingin menggantikanmu dengan rasa yang lain
Tapi tawamu sudah tersusun rapi dalam otakku
Mengikuti alur yang tempo hari kau buat
Entah apa yang menjadi tujuanmu

Inginku bertukar posisi denganmu
Aku yang selalu terkepung oleh rindu
Dan kamu yang tak pernah mengingatku
Bagaimana,..Rasakan saja

Sederhananya begini, aku yang tak pernah sampai pada ucapku
Dan kamu yang tak yakin atas rasamu
Seperti aksara yang tersusun rapi atas segala kisahku
Dan kamu seperti puing yang hilang diterpa realita

Haii,..Tuan
Garis nasib kita yang selalu bersiggung
Yang ingin beriringan tapi nyatanya selalu beradu
Kasih yang berharap menjadi romantis
Malah berujung kegagalan yang semu

Kita memang makhluk asing yang mendamba hubungan yang damai
Hingga tamparan realita memaksa kita bersikap realistis
Ada kalanya kita mengalah dengan masalah
Yang membuat kita bertemu tapi tak lupa memisahkan kita

Sungguh,..
Kuharap kau kedatangan tamu yang mampu menutup luka dariku
Katamu..aku yang selalu menyakitimu bukan
Intinya..
Semoga ada kebaikan yang kita rajut
Seperti harapan yang dulu aku dambakan yang kini kau mampu mewujudkannya
Meski kita tidak sama sama mengikrarkan untuk selesai dan tidak ada kata lanjut
Terima, ambil pelajaran, dan mulailah perjalanan baru

Sekarang..
Waktu telah menjawab semua keraguanku
Atas semua ilusi yang telah tercipta
Semua ilusi ku telah mati yang kini menjadi kronologi bodoh
Yang melebur bersama rusaknya harapan

Pernah sedekat nadi bahkan tak menyisakan jengkal
Tapi kenapa terasa begitu sulit untuk bergenggaman
Bukan perihal siapa yang lebih dulu atau siapa yang jadi pengganggu
Bila hatimu bilang begitu, aku bisa apa kemudian ?

Ini adalah coretan hati seseorang yang separuh hatinya nyaris untuk prianya
Tapi ternyata kau tak punya jawaban untuk kita bersama
Hingga akhirnya membuat satu pihak untuk perlahan mundur
Dan menjadikan temunya menjadi usang yang kelam

Yang pada awalnya kita diam dalam sebuah rasa
Sambari menahan ucap yang tak sampai
Tapi nyatanya tetap ada rapuh yang harus terlihat rapi setiap harinya
Aku sadar dewasa itu sangatlah pelik, hingga sajak malam minggu mu itu terangkai
Kita hanya sepasang usang yang tak damai
Berharap tuhan sampaikan salamku kepada tersayang
Yang bermetamorfosa ibarat sang penguasa
Untuk apa bertahan jikalau senduku candu bagimu
Bodohnya diriku memang, sampai tak tahu hati mana yang kau lambungkan
Mungkin ini adalah jalan terbaik atas kesedihan yang tak berujung
Luka kelam yang menyakitkan ini memperjelas semua kisah kita
Sekarang kau mau apa ?
Mungkin aku yang telah terlanjur mencinta
Hingga menganggap rasamu rasaku rasa kita berdua tak lagi semu
Aku pamit aku menyerah atas luka yang bertuan ini

Tulisanku adalah sebuah rasa yang tak bisa diungkapkan dengan ucapan
Seperti sajak tersesatku ini yang terus mengembara mencari tuannya
Terimakasih dan maaf Tuan
Sajak Tersesat Tulisanku adalah sebuah rasa yang tak bisa diungkapkan dengan ucapan

0 Response to "Sajak Tersesat : Sajak Tersesat (Mengikhlaskan)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel