Sajak Tersesat : Sajak Tersesat (Mengikhlaskan)
Friday, July 31, 2020
Add Comment
Bisik
mu yang kini menjadi usik
Canda
mu yang kini menjadi ambigu
Lara
mu yang kini menjadi nyata
Dan
temu mu yang kini menjadi basi
Tak
pernah kah kau sadar akan peliknya rasa
Beberapa
raga sanggup menelan kesedihannya
Di
waktu yang bersamaan sedih bisa terasa begitu antusias dan membunuh
Serta
tembok - tembok kamar serasa lelah akan
kokohnya
Dan
ikut berbincang pada malam hari, yang nyatanya tidak selamanya diam
Dilema
yang banyak meninggalkan kesan rindu
Mengadu rindu setiap harinya ternyata bukan
perkara mudah
Sendiri
terkepung angan yang tak tahu rimbanya
Rentan,..aku
selalu berusaha menghindari segala hal yang berbau denganmu
Aku
ingin menggantikanmu dengan rasa yang lain
Tapi
tawamu sudah tersusun rapi dalam otakku
Mengikuti
alur yang tempo hari kau buat
Entah
apa yang menjadi tujuanmu
Inginku
bertukar posisi denganmu
Aku
yang selalu terkepung oleh rindu
Dan
kamu yang tak pernah mengingatku
Bagaimana,..Rasakan
saja
Sederhananya
begini, aku yang tak pernah sampai pada ucapku
Dan
kamu yang tak yakin atas rasamu
Seperti
aksara yang tersusun rapi atas segala kisahku
Dan
kamu seperti puing yang hilang diterpa realita
Haii,..Tuan
Garis
nasib kita yang selalu bersiggung
Yang
ingin beriringan tapi nyatanya selalu beradu
Kasih
yang berharap menjadi romantis
Malah
berujung kegagalan yang semu
Kita
memang makhluk asing yang mendamba hubungan yang damai
Hingga
tamparan realita memaksa kita bersikap realistis
Ada
kalanya kita mengalah dengan masalah
Yang
membuat kita bertemu tapi tak lupa memisahkan kita
Sungguh,..
Kuharap
kau kedatangan tamu yang mampu menutup luka dariku
Katamu..aku
yang selalu menyakitimu bukan
Intinya..
Semoga
ada kebaikan yang kita rajut
Seperti
harapan yang dulu aku dambakan yang kini kau mampu mewujudkannya
Meski
kita tidak sama sama mengikrarkan untuk selesai dan tidak ada kata lanjut
Terima,
ambil pelajaran, dan mulailah perjalanan baru
Sekarang..
Waktu
telah menjawab semua keraguanku
Atas
semua ilusi yang telah tercipta
Semua
ilusi ku telah mati yang kini menjadi kronologi bodoh
Yang
melebur bersama rusaknya harapan
Pernah
sedekat nadi bahkan tak menyisakan jengkal
Tapi
kenapa terasa begitu sulit untuk bergenggaman
Bukan
perihal siapa yang lebih dulu atau siapa yang jadi pengganggu
Bila
hatimu bilang begitu, aku bisa apa kemudian ?
Ini
adalah coretan hati seseorang yang separuh hatinya nyaris untuk prianya
Tapi
ternyata kau tak punya jawaban untuk kita bersama
Hingga
akhirnya membuat satu pihak untuk perlahan mundur
Dan
menjadikan temunya menjadi usang yang kelam
Yang
pada awalnya kita diam dalam sebuah rasa
Sambari
menahan ucap yang tak sampai
Tapi
nyatanya tetap ada rapuh yang harus terlihat rapi setiap harinya
Aku
sadar dewasa itu sangatlah pelik, hingga sajak malam minggu mu itu terangkai
Kita
hanya sepasang usang yang tak damai
Berharap
tuhan sampaikan salamku kepada tersayang
Yang
bermetamorfosa ibarat sang penguasa
Untuk
apa bertahan jikalau senduku candu bagimu
Bodohnya
diriku memang, sampai tak tahu hati mana yang kau lambungkan
Mungkin
ini adalah jalan terbaik atas kesedihan yang tak berujung
Luka
kelam yang menyakitkan ini memperjelas semua kisah kita
Sekarang
kau mau apa ?
Mungkin
aku yang telah terlanjur mencinta
Hingga
menganggap rasamu rasaku rasa kita berdua tak lagi semu
Aku
pamit aku menyerah atas luka yang bertuan ini
Tulisanku
adalah sebuah rasa yang tak bisa diungkapkan dengan ucapan
Seperti
sajak tersesatku ini yang terus mengembara mencari tuannya
Terimakasih
dan maaf Tuan
0 Response to "Sajak Tersesat : Sajak Tersesat (Mengikhlaskan)"
Post a Comment