Sajak Tersesat : Sajak Malam Minggu Bagian 2


Sajak Tersesat : Sajak Malam Minggu Bagian 2


Seharian lelah banting tulang
Saatnya malam minggu untuk memusnahkan segala kegelisahan
Ya, seperti biasanya mencari udara segar untuk menghilangkan kepenatan
Jalan yang sering kita lewati menjadi saksi bisu
Atas apa yang kita berdua curhatkan

Angkringan menjadi sebuah tempat spesial bagiku dan bagimu
Tempat itu selamanya akan ku kenang
Air mata jatuh karena sebuah kegelisahan yang sangat berlebihan
Kamu datang dengan ketulusan

Menenangkanku dengan segala caramu
Pikiranku tak sejalan dengan mulutku
Tapi kamu masih berusaha meyakinkanku
Untuk bertahan dan bangkit dalam keadaan apapun dan kapanpun

Tak terkendalikan oleh pikiranku
Mulutku berkata jika kita tidak bersama lagi bagaimana denganmu
Bagaikan pohon yang rubuh tanpa kena apapun
Aku tak bisa jauh darimu

Dia juga berkata, kamu orang yang bisa membahagiakanku
Aku kaget dan tidak kusangka kamu akan mengatakan seperti itu

Oh Tuhan,
Apa dia merasakan hal yang sama denganku
Apa dia menyimpan rasa yang sama denganku

Waktu larut malam
Saatnya bergegas untuk pulang ke rumah
Kita berdua masih asyik berbincang mengenai perasaan masing-masing

Diam-diamku mengagumi mu
Apapun akan ku lakukan untukmu walaupun aku hanya dianggap sebelah mata
Rasa sayangku telah membutakan hati dan mataku

Perhatianmu malam itu membuatku berpikir kamu juga menyimpan rasa
Hal mustahil untuk diungkapkan tetapi masing-masing masih enggan mengutarakan
Mencintai dalam diam ditempat
Memang menyakitkan
Rasa nyaman didekatmu membuatku tuk bertahan

Rasa sabarku harus ku pendam dalam-dalam
Dan aku sadar bahwa aku masih menjadi sebatas teman dalam hidupmu
Tak mengapa jika kamu masih anggap aku teman
Tapi dengan setiap hariku bisa dekat denganmu adalah anugerah luar biasa
Sajak Tersesat Tulisanku adalah sebuah rasa yang tak bisa diungkapkan dengan ucapan

0 Response to "Sajak Tersesat : Sajak Malam Minggu Bagian 2"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel